Perkembangan Pemanfaatan Big Data di Dunia
Sudah hampir dua tahun sejak pandemi COVID-19 melanda dunia. Covid-19 membawa banyak perubahan pada proses bisnis statistik. Petugas statistik kesulitan bertemu langsung dengan warga untuk pendataan. Karena itu, proses pengumpulan berbagai data menjadi terganggu. BPS sebagai National Statistical Office (NSO) di Indonesia dituntut untuk berinovasi di tengah keterbatasan dalam menghasilkan data sosial dan ekonomi yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan. Salah satu inovasi yang dilakukan BPS adalah pemanfaatan big data dalam memantau perkembangan sosial ekonomi selama pandemi COVID-19.
Jadi, apa itu Big Data?
Doug Laney (bersama Gartner) menggambarkan data besar melalui tiga V, yaitu volume, velocity, dan variasi. Istilah volume menggambarkan ukuran data, velocity menggambarkan kecepatan data masuk dan keluar, dan variasi mengacu pada sumber dan jenis data. Umumnya, big data adalah kumpulan data kompleks dalam jumlah besar yang tidak dapat dikelola secara efisien oleh teknologi pemrosesan data mutakhir (Philip Chen & Zhang, 2014). Berbagai macam jejak digital di internet menjadi big data yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi saat membuat kebijakan tanpa harus turun ke lapangan. Kemajuan dalam perangkat seluler, sensor digital, komunikasi, komputasi, dan penyimpanan telah menyediakan sarana untuk mengumpulkan data (Bryant, Katz, & Lazowska, 2008).
Di era big data, data dapat diakses oleh siapa saja dan untuk tujuan apa saja. Pendekatan big data lebih menekankan pada penggunaan kombinasi pendekatan deduktif dan induktif. kombinasi kedua pendekatan tersebut akan menghasilkan pemahaman yang baik terhadap suatu fenomena. (Salahuddin, 2019). Penggunaan pendekatan deduktif dalam konteks big data bertujuan untuk menemukan hipotesis dan pengetahuan dari data “lahir dari data daripada lahir dari teori” (Hey, Tansley, & Tolle, 2009). Pendekatan induktif digunakan untuk menjelaskan teori atau temuan yang telah beredar sebelumnya. Elaborasi pendekatan penelitian ini menggambarkan epistemologi big data. Di Asia Pasifik, BPS sebagai National Statistical Office Indonesia juga menginisiasi berbagai kajian big data dalam memantau perkembangan sosial-ekonomi di Indonesia.
Penerapan dan pengembangan penggunaan Big Data telah dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB membentuk The Global Working Group (GWG) on Big Data for Official Statistics pada tahun 2014. UN GWG memberikan visi, arahan, dan koordinasi strategis program global Big Data untuk statistik resmi, termasuk untuk indikator agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan. GWG PBB membentuk tim tugas untuk topik-topik berikut; "Advokasi dan Komunikasi", "Menghubungkan Big Data dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan", "Akses dan Kemitraan", "Pelatihan, Keterampilan dan Peningkatan Kapasitas", "Isu lintas sektor", "Data ponsel", "Citra satelit" dan "Data media sosial".
Beberapa kantor statistik nasional (NSO) di dunia menggunakan Big Data untuk mendukung statistik resmi. Hingga saat ini, kemajuan Biro Statistik Australia (ABS) dalam domain Big Data terutama ditinjau dan dipantau perkembangan industri sambil berkontribusi pada kegiatan pengembangan konsep dan strategi eksternal (Siu-Ming Tam & Frederic Clarke, 2014). Office for National Statistics (ONS) di Inggris menerbitkan banyak karya Big Data seperti menggunakan ilmu data untuk layanan pencocokan alamat, citra udara, data ponsel, menganalisis konsumsi listrik rendah menggunakan data DECC, menggunakan jejak twitter geolokasi untuk menyimpulkan tempat tinggal dan mobilitas, serta masih banyak lagi.
Di Asia dan Pasifik, BPS Indonesia telah mulai menggunakan data sinyal dari ponsel dalam produksi statistik pariwisata lintas batas untuk wilayah lintas batas yang tidak memiliki kantor imigrasi yang mengumpulkan data wisatawan lintas batas (Pramana et al. , 2017). Pekerjaan ini kemudian diperluas ke semua pariwisata lintas batas untuk memvalidasi statistik resmi yang dihasilkan menggunakan metode pengumpulan data tradisional. Berbagai kajian penggunaan big data antara lain data indeks google mobile (Yoga, 2020), statistik penerbangan (Satria, 2020), indeks kualitas udara (Yoga, 2020), marketplace (Dhiar et al, 2020), telah dirintis.